Kajian | Hukum bersedekah kafir atau muslim dari harta yang tidak jelas
kehalalalannya untuk kepentingan islam
قُلْ أَغَيْرَ اللهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ
شَيْءٍ وَلاَتَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلاَّ عَلَيْهَا وَلاَتَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ
أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُم مَّرْجِعَكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَاكُنتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ {164}
“.... dan tiadalah
(kejahatan) yang diusahakan oleh sesuatu jiwa (seorang) melainkan dialah yang
menanggung dosanya; dan seseorang yang boleh memikul tidak akan memikul dosa
orang lain”. (Surah al-An’am, ayat 164)
====
Riwayat Imam Bukhari dalam kitab sahihnya:
Riwayat Imam Bukhari dalam kitab sahihnya:
ما رواه أنس بن مالك رضي الله عنه أن يهودية أتت النبي صلى الله عليه وسلم بشاة مسمومة فأكل منها، فجيء بها فقيل: ألا نقتلها؟ قال:"لا". فما زلت أعرفها في لهوات رسول الله صلى الله عليه وسلم.{رواه البخاري{.
Riwayat Anas bin Malil ra, sesungguhnya seorang Yahudi wanita berjumpa Nabi saw membawa kambing yang diletak racun. Nabi saw pun makan. Kemudian wanita tersebut dibawa kepada Nabi saw dan baginda ditanya “ Apakah perlu kita membunuhnya?” Nabi saw menjawab “Tidak perlu.” Anas berkata “ Aku sentiasa ingat daging kambing itu berada dalam mulut Nabi saw.”
قال أنس رضي الله عنه: أهدي للنبي صلى الله عليه وسلم جبة سندس وكان ينهى عن الحرير، فعجب الناس منها، فقال:"والذي نفس محمد بيده لمناديل سعد بن معاذ في الجنة أحسن من هذا"
Anas bin Malik ra berkata: Nabi saw dihadiahkan jubah diperbuat dari kain sundus dan sebelum itu Nabi saw telah melarang lelaki dari memakai kain sutera. Lalu orang ramai kagum dengan kain tersebut. Nabi saw pun bersabda “ Dan demi tuhan yang mana diriku dalam kekuasaannya, sesungguhnya kain sapu tangan Saad bin Muaz dalam syurga lebih baik dari kain ini.”
====
Dalam kitab “Mughnil Muhtaj” karangan Syeikh Syarbaini seorang Ulama
mazhab Syafi’iy:
وَقَبِلَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةَ الْمُقَوْقَسِ الْكَافِرِ وَتَسَرَّى مِنْ جُمْلَتِهَا بِمَارِيَةَ الْقِبْطِيَّةِ وَأَوْلَدَهَا".
"Nabi saw telah menerima hadiah dari Muqauqis seorang raja yang kafir. Termasuk dari hadiah tersebut adalah Mariah Qibtiyyah dan anak-anaknya.”
=====
Dr Yusuf al-Qaradawi ketika ditanya mengenai uang riba ke mana patut disalurkan, beliau menyebut antaranya:
Dr Yusuf al-Qaradawi ketika ditanya mengenai uang riba ke mana patut disalurkan, beliau menyebut antaranya:
“Sebenarnya, uang
tersebut keji (haram) melihat kepada orang mendapatkan secara tidak halal,
tetapi ia baik (halal) untuk fakir miskin dan badan-badan kebajikan…
(penyelesaiannya)
disalurkan ke badan-badan kebajikan yaitu fakir miskin, anak-anak yatim, orang
terputus perjalanan, institusi-institusi kebajikan islam, dakwah dan
kemasyarakatan..” (al-Fatawa al-Mu’asarah 2/411, Beirut: Dar Ulil Nuha).
====
Sayyidina Abu Bakar
as-Siddiq r.a pernah bertaruh (di awal Islam) dengan seorang Musyrik (tentang
ketepatan Al-Quran dari surah Ar-Rum ayat pertama dan kedua yang mengisyaratkan
kejatuhan kerajaan Roma). Saat Roma benar-benar jatuh/kalah, Sayyidina Abu
Bakar muncul sebagai pemenang dan telah memperoleh harta pertaruhan itu (harta
tersebut hukumnya haram karena judi dan tujuan Abu Bakar hanyalah untuk
membuktikan kebenaran al-Quran).
Saat Sayyidina Abu
Bakar datang kepada Rasulullah s.a.w menceritakan perihal harta dari pertaruhan
tersebut, Rasulullah bersabda :
هذا سحت فتصدق به
Artinya : Ini
kotor, sedeqahkan ia. (At-Tirmizi . 16/22 ; At-Tirmizi : Sohih)
Setelah peristiwa
ini, barulah turun perintah pengharaman judi secara sepenuhnya sekalipun dengan
orang kafir. (Tafsir At-Thabari, 20/16) Kisah ini dengan jelas menunjukkan Nabi
tidak mengarahkannya dikembalikan kepada si Kafir, tetapi disedeqahkan untuk
tujuan umum dan kebaikan ramai.
===
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam kitabnya At-Tafsir ai-Munier Juz X
halaman 140-141/"Menurut pendapat yang paling shahih (valid) bahwa, orang
kafir diperbolehkan membantu pembangunan masjid dan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pembangunan masjid seperti menjadi
tukang batu dan tukang kayu. Karena hal ini tidak termasuk larangan yang
termaktub pada surat at-Taubah ayat 17-18:
مَا كَانَ لِلمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُواْ مَسَاجِدَ الله شَاهِدِينَ عَلَى
أَنفُسِهِمْ بِالكُفْرِ أُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ(17)
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ
الصَّلاَةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللّهَ فَعَسَى أُوْلَـئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ
المُهْتَدِينَ(18)التوبة
Artinya:
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. ltulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. At-Taubah, 9:17-18.
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. ltulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. At-Taubah, 9:17-18.
Akan tetapi, orang
kafir tidak boleh menjadi pengurus masjid (ta'mir masjid), atau pengurus
Yayasan Wakaf Masjid...
Demikian juga,
orang kafir diperbolehkan membangun masjid atau memberikan bantuan dana
pembangunan masjid dengan syarat hal itu tidak dijadikan sarana untuk
menimbulkan bahaya (dlarar). Jika dijadikan sarana untuk menimbulkan bahaya
atau fitnah, maka hal itu dilarang karena sama dengan masjid dlirar (masjid
yang dibangun oleh orang-orang munafiq di Madinah pada masa Rasulullah untuk
memecah belah umat Islam)'.
====
Dari berbagi
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar