Saleum Troeh Teuka

Saleum Troeh Teuka
Selamat datang wahai saudaraku ke tempat kami

Senin, 04 April 2011

Beberapa Penyebab Do’a Tidak Diijabah



Beberapa Penyebab Do’a Tidak Diijabah

Pada suatu hari Sayidina Ali Karamallaahu Wajhah, berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika beliau hendak mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah sambil berkata, “Ya Amirul Mu’minin, mengapa do’a kami tidak diijabah? Padahal Allah berfirman dalam Al Qur’an, “Ud’uuni astajiblakum” (berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu).
Sayidina Ali menjawab, “Sesungguhnya hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan delapan hal, yaitu :
1. Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak ada mamfaatnya keimananmu itu.
2. Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu?
3. Engkau membaca Al Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.
4. Engkau berkata, “Sami’na wa aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-ayatnya.
5. Engkau menginginkan syurga, tetapi setiap waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari syurga. Maka, mana bukti keinginanmu itu?
6. Setiap saat sengkau merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak bersyukur kepada-Nya.
7. Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu) karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yang nyala-nyala” (QS. Al Faathir [35] : 6). Tetapi kau musuhi syetan dan bersahabat dengannya.
8. Engkau jadikan cacat atau kejelekkan orang lain di depan mata, tetapi kau sendiri orang yang sebenarnya lebih berhak dicela daripada dia.
Nah, bagaimana mungkin do’amu diterima, padahal engkau telah menutup seluruh pintu dan jalan do’a tersebut. Bertaqwalah kepada Allah, shalihkan amalmu, bersihkan batinmu, dan lakukan amar ma’ruf nahi munkar. Nanti Allah akan mengijabah do’amu itu.


KISAH LAIN
Dalam riwayat lain, ada seorang laki-laki datang kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata, “Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang aku paham apa maksudmu?”
“Bagaimana dua bunyi ayat itu?” Tanya Imam Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu aku berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya.
“Apakah engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?” tanya Imam Ja’far.
“Tidak,” jawab orang itu.
“Lalu ayat yang kedua apa?” Tanya Imam Ja’far lagi.
“Ayat yang kedua berbunyi “Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun raaziqin” (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] : 39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya,” ujarnya.
“Apakah kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya?” tanya Imam Ja’far lagi.
“Tidak,” jawabnya.
“Lalu mengapa?” Tanya imam Ja’far.
“Aku tidak tahu,” jawabnya.
Imam Ja’far kemudian menjelaskan, “Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo’a kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do’amu. Adapun engkau berinfak tidak melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak. Kalau engkau berdo’a kepada Allah, maka berdo’alah kepada-Nya dengan Jihad Do’a. Tentu Alah akan menjawab do’amu walaupun engkau orang yang berdosa.”
“Apa yang dimaksud Jihad Do’a?” sela orang itu.
Apabila engkau melakukan yang fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepadaNabi , kenanglah nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu. Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah engkau peroleh.
Kemudian engkau ingat-ingat sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa. Akuilah dosa itu dihadapan Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya. Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa takut tetapi juga dipenuhi harapan.
Kemudian bacalah, “Ya Allah, aku meminta maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku. Aku meminta ampun dan taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau ridhai. Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali dengan kenikmatan yang Engkau berikan. Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku berharap Allah tidak akan menyiakan do’amu,” papar Imam Ja’far.***
(dikutip dari entah diman)

Minggu, 03 April 2011

Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Rabbahu


MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA RABBAHU

مَن عَرَفَ نـَـفسَهُ فــقد عرَفَ ربًّه
Barang siapa yang telah mengetahui dirinya, maka ia telah mengetahui Tuhannya.

Sifat Makhluk, hamba, hina, dina, Dhaif dan fana diri manusia menjadi awal pengenalan manusia sehingga dengan sifat itu ia akan mengetahui yang mana Khaliq, ....

Kalimat man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu yang disampaikan oleh Syaikh Yahya bin Mu’az Ar-Rady ini dijelaskan oleh Shahibur Rumuz dalam kitabnya Fathul Kunuz; bahwasanya Allah telah meletakkan Ruh didalam tubuh manusia supaya dapat mereka dapat mengambil dalil atas keesaaan dan ketuhanan Allah SWT. Cara memahami dari kalimat diatas 10 perkara .
1. Tubuh insan selalu berhajat kepada pengurus dan penjaga, niscaya akan didapati bahwa alam ini ada yang mengurus dan menjaganya.
2. Ruh yang menjaga jasad hanya satu didalam tubuh, maka diketahui bahwa hanya ada satu yang mengurus alam ini satu jua.
3. Tubuh manusia tidak akan bergerak dan diam tanpa ada perintah, maka diketahui bahwa adanya yang memerintah alam ini.
4. Ruh mengetahui bergerak dan tidaknya tubuh manusia, sehingga bergerak dan tidaknya sesuatu di alam ini tidak boleh tidak dengan adanya pengetahuan Allah SWT.
5. Tubuh dengan Ruh manusia sangat berdekatan, sehingga dapat diketahui bahwa Allah SWT sangat dekat dengan manusia.
6. Ruh manusia tercipta sebelum tubuh manusia tercipta, maka diketahui bahwa sebelum adanya sesuatu, Allah telah sedia sebelum alam ini ada.
7. Tiada yang mengetahui kelakuan Ruh didalam tubuh mausia, sehingga diketahuilah bahwa tiada seorang pun yang mengetahui kelakuan Allah .
8. Tiada yang mengetahui tempat Ruh didalam tubuh manusia, sehingga dipahami bahwa tiada seorang pun yangmengetahui tempat Allah SWT.
9. Ruh didalam tubuh tak dapat di indera dengan panca indera, sehingga diketahui bahwa Allah tidak dapat di indera dengan panca indera.
10. Ruh tidak dapat dibandingkan dengan sesuatu, maka diketahui bahwa Allah tidak dapat dibandingkan (diserupakan) dengan sesuatu apapun.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {11}

Tidak ada yang menyerupainya oleh Sesuatu apapun. Dan Dia Allah maha mendengar lagi maha melihat. Asy-Syura : 11

Saduran dari pemahamam tulisan H. Muhammad Thaib Umar, Tanpa Judul, cet -, ed. - (-), hal. 53